HOME

Sekiranya Sejarah dan Latarnya adalah hasil sekarang ,Tapi orang yang bijaklah yang dapat mengambil Hikmah dan Ceritanya PESAN INI DARI Mereka Bersama orang-orang yang mengambil hikmah! PESAN BAGIKAN KE FACEBOOK

Al-quran Surah Maryam

ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ ٣٤        

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
IHDINASSIRAHTOL MUSTAQIM

وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ                   
  • 30. berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi,
  • 31. dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
  • 32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
  • 33. dan Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaKu, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".
  •   34. Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan Perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.35. tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. apabila Dia telah menetapkan sesuatu, Maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", Maka jadilah ia.
  • 36." Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, "Maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. ini adalah jalan yang lurus.
  • 37. Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka[903]. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.
  • 38. Alangkah terangnya pendengaran mereka dan Alangkah tajamnya penglihatan mereka pada hari mereka datang kepada kami. tetapi orang-orang yang zalim pada hari ini (di dunia) berada dalam kesesatan yang nyata
  • .39. dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.
  • 40. Sesungguhnya Kami mewarisi bumi[904] dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada kamilah mereka dikembalikan.

Nabi ISA AS tidaklah meninggal ataupun disalib

ISA Tidak Meninggal
Satu kajian ayat-ayat tentang ISA (as) dalam Al-Qur'an menunjukkan bahwa ISA (as) tidaklah meninggal ataupun dibunuh, tetapi dia telah diangkat ke haribaan Allah. Hal ini sebagaimana diterangkan oleh ayat berikut:

Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Surat an-Nisaa': 157-158)


Dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris, kita mengetahui bahwa beberapa ayat lain yang diterjemahkan memberikan kesan bahwa ISA (as) wafat sebelum dia diangkat ke haribaan Allah. Ayat-ayat ini adalah sebagai berikut:
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku...
(Surah Ali Imran: 55)
Pada surat al-Maa'idah ayat 117, peristiwa tersebut diceritakan dengan perkataan ISYA (as) yang juga diterjemahkan seperti itu, seolah-olah menyiratkan arti yang sama bahwa dia telah wafat:
"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu, 'Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu', dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." (Surat al-Maa?dah: 117)
Meskipun demikian, makna bahasa Arab dari ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa Nabi Isa (as) tidak meninggal dalam arti yang kita pahami. Dalam bahasa Arab, kata yang diterjemahkan dalam ayat-ayat tersebut menjadi "meninggal" (to die) adalah kata "tawaffa" dan berasal dari kata "wafa ?memenuhi/mengabulkan". Tawaffa tidak berarti "kematian" tetapi merupakan aksi "penarikan jiwa kembali", baik dalam keadaan tidur maupun meninggal. Juga dari Al-Qur'an, kita memahami bahwa "penarikan jiwa kembali" tidak serta merta bermakna kematian. Misalnya, dalam satu ayat di mana kata "tawaffa" digunakan, makna yang dimaksud bukanlah kematian seorang manusia, tetapi "penarikan jiwa dari tidurnya": 



Dan Dialah yang menidurkan kamu (yatawaffakum) di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan. (Surat al-An'am: 60) 
Kata yang digunakan untuk "menarik kembali" dalam ayat ini adalah sama dengan kata yang digunakan dalam surat Ali Imran ayat 55. Dengan kata lain, dalam kedua ayat tersebut, kata "tawaffa" digunakan dan maknanya jelas bahwa seseorang tidak mati dalam kondisi tidurnya. Karena itu, apa yang dimaksudkan di sini adalah "menarik jiwa kembali". Makna yang sama juga berlaku pada ayat berikut:
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. (Surat az-Zumar: 42) 

Sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat ini, Allah menarik jiwa orang yang sedang tidur, namun Dia mengirim kembali jiwa-jiwa tersebut kepada mereka yang waktu kematiannya belum ditentukan. Dalam konteks ini, dalam tidurnya, seseorang tidaklah wafat dalam arti kematian. Hanya untuk periode yang temporal, jiwa meninggalkan tubuh dan tetap pada dimensi yang lain. Ketika kita terbangun, jiwa pun kembali ke dalam tubuh.1
Imam al-Qurtubi menjelaskan bahwa ada tiga makna dalam istilah 'wafat': wafat kematian, wafat tidur, dan terakhir wafat diangkat kepada Allah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa (as). Kesimpulannya, kita dapat mengatakan bahwa ISA (as) kemungkinan berada pada suatu tempat yang khusus, diangkat keharibaan Allah. Apa yang sebenarnya dia alami bukanlah kematian dalam arti yang biasa kita pahami, melainkan benar-benar merupakan suatu keberangkatan dari dimensi ini. Wallahu A'lam.

ISA  (as) Akan Kembali ke Bumi
Dari apa yang sejauh ini telah diterangkan, jelas bahwa ISA (as) tidaklah meninggal, tetapi telah diangkat ke haribaan Allah. Meskipun demikian, ada satu poin lagi yang digarisbawahi oleh Al-Qur'an: ISA (as) akan kembali ke bumi.
(1)
Surat Ali Imran ayat 55 adalah satu dari ayat-ayat yang mengindikasikan bahwa ISA (as) akan kembali:
(Ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Aku-lah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang kamu selalu berselisih padanya. (Surat Ali Imran: 55)
Pernyataan dalam ayat, "...dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat..." adalah penting. Ini merujuk kepada sekelompok orang yang secara teguh mengikuti Yesus (as) dan yang akan berada di atas orang-orang kafir sampai hari kiamat. Sekarang, siapakah orang-orang yang taat ini? Apakah mereka para murid (pengikut) ISA (as) ataukah mereka adalah umat Nasrani yang ada pada saat ini?
Selama hidupnya, jumlah para pengikut ISA (as) sangatlah sedikit. Setelah beliau tiada, esensi ajaran agamanya merosot secara drastis. Selain itu, orang-orang yang dikenal sebagai para murid ISA(as) menghadapi tekanan yang sangat serius selama hidup. Selama dua abad berlalu, tanpa memiliki kekuatan politik, umat Nasrani yang masih mempunyai keimanan kepada ISA (as) juga tertindas. Dalam hal ini, tidaklah mungkin bila dikatakan bahwa umat Nasrani terdahulu atau para pengikutnya selama periode tersebut secara fisik merupakan penguasa bagi orang-orang kafir di dunia. Kita secara logis mungkin berpikir bahwa ayat ini tidak dimaksudkan kepada mereka.
Sebaliknya, kita memperhatikan umat Nasrani kini, kita melihat bahwa esensi ajaran Nasrani telah mengalami banyak perubahan dan berbeda dengan ajaran ISA(as) yang disampaikan kepada umat manusia pada saat itu. Umat Nasrani mengalami keyakinan yang menyimpang, yaitu bahwa ISA(as) adalah anak Tuhan dan sama dengan diyakininya doktrin trinitas (Bapak, Anak, dan Roh Kudus). Dalam hal ini, tidaklah benar untuk menerima umat Nasrani kini sebagai para pengikut ISA  (as) yang taat. Dalam berbagai ayat dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa mereka yang memiliki keyakinan kepada trinitas adalah termasuk orang-orang kafir:
Sesungguhnya, kafirlah orang-orang yang mengatakan, "Bahwasannya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa.... (Surat al-Maa?dah: 73)
Dalam hal ini, komentar terhadap ayat, "...dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat" adalah sebagai berikut:
pertama, disebutkan bahwa mereka ini adalah umat Islam yang benar-benar para pengikut sejati ajaran ISA (Isa) (as) yang otentik; kedua, dikatakan bahwa mereka ini adalah umat Nasrani, baik yang menyembah berhala maupun tidak, dan yang diketahui mempunyai posisi dominan secara jumlah di dunia dewasa ini.
Meskipun demikian, kelompok yang pertama dan kedua akan disatukan pada saat kedatangan ISA(as) karena dia akan menghapuskan "Jizyah". Artinya, dia tidak akan menerima umat Nasrani dan Yahudi yang memeluk agama selain agama Islam, dan kemudian dia akan mempersatukan seluruh umat yang beriman sebagai umat Islam. Nabi dan Rasul Allah terakhir, Muhammad (saw) juga telah memberikan kabar gembira akan kembalinya ISA (as). Para ahli hadist (yang meriwayatkan sabda dan hadist Rasulullah (saw)) mengatakan bahwa ada satu hadist yang membahas masalah ini, di mana Rasulullah (saw) mengatakan bahwa Nabi Isa (as) akan turun sebagai pemimpin di antara umat manusia sebelum hari kiamat. Hadist ini sampai pada derajat mutawatir. Hal itu berarti hadist tersebut diriwayatkan oleh banyak orang dari setiap generasi para sahabat yang tidak mungkin diragukan lagi otentisitasnya. Seperti:
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda, "Demi Zat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, putra Maryam benar-benar akan segera turun ke tengah-ketengah kamu sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib, akan membunuh babi, dan akan menghapuskan jizyah. Harta saat itu akan melimpah sehingga tidak ada seorang pun yang akan menerimanya. Sehingga sujud satu kali saja kala itu jauh lebih baik dari dunia dan isinya". (HR Bukhari)
Jabir bin Abdullah berkata, "Saya mendengarkan Rasulullah bersabda, 'Umatku tidak akan berhenti berperang untuk membela yang benar hingga datang hari kiamat'. Rasulullah lalu bersabda, 'Kemudian, turunlah Isa bin Maryam dan pemimpin mereka berkata, 'Ke sinilah dan pimpinlah kami dalam sembahyang', namun dia akan berkata, 'Tidak! Sebab sebagian kalian adalah pemimpin untuk sebagian yang lain, sebagai penghormatan Allah terhadap umat ini'" (HR Muslim)
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Tidak ada seorang nabi pun antara saya dan Isa. Sesungguhnya, dia akan turun ke bumi. Maka jika kalian melihatnya, kenalilah dia. Dia adalah seorang laki-laki dengan ukuran sedang, berkulit putih kemerah-merahan. Dia memakai dua baju kuning terang. Kepalanya seakan-akan ada air yang mengalir walaupun sebenarnya ia tidak basah. Dia akan berperang melawan manusia untuk membela Islam. Dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, menghapuskan jizyah. Allah akan menghapuskan semua agama di zamannya kecuali Islam. Isa akan menghancurkan Dajjal dan dia akan hidup di bumi selama empat puluh tahun dan kemudian dia meninggal. Kaum muslimin akan menyembahyangkan jenazahnya". (Abu Dawud)

(2)
Di awal bab ini, kita telah menganalisis ayat 157-158 dari surat an-Nisaa'. Setelah kedua ayat tadi, Allah berfirman dalam surat an-Nisaa' ayat 159:
Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti, Isa itu akan menjadi saksi atas diri mereka.
(Surat an-Nisaa': 159)
Pernyataan di atas bahwa "kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya"adalah sangat penting untuk kita jelaskan. Beberapa orang ulama menyatakan bahwa kata "nya" dalam ayat ini digunakan pada Al-Qur'an dan kemudian menyebabkan interpetasi-interpetasi sebagai berikut: Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang akan beriman kepada Al-Qur'an sebelum dia (seseorang dari Ahli Kitab) wafat. Selain itu, dalam ayat 157 dan 158, dua ayat terdahulu, "nya" yang sama tanpa diragukan lagi merujuk kepada Yesus (as).
Surat an-Nisaa' 157:
Dan karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti prasangka belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
Surat an-Nisaa' 158:
Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Selain ayat-ayat yang terdapat dalam surat an-Nisaa' ini, tidak ada bukti lain yang menunjukkan bahwa "nya" yang dimaksudkan di sini adalah seseorang selain ISA (as).
Surat an-Nisaa' 159:
Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti, Isa itu akan menjadi saksi atas diri mereka. (Surat an-Nisaa': 159)
Dalam Al-Qur'an, Allah memberitahukan kepada kita bahwa pada hari kiamat,  "pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan" (Surat an-Nur: 24 dan Surat Yasiin: 65). Dari surat Fushshilat ayat 20-23, kita pahami bahwa pendengaran, penglihatan dan kulit akan memberi kesaksian atas kita. Tidak ada satu pun yang menyatakan bahwa "Al-Qur'an sebagai saksi". Jika kita menerima bahwa "nya" atau "ia" dalam kalimat pertama merujuk pada Al-Qur'an ?eskipun secara kaidah bahasa dan logika, kita tidak mempunyai bukti apapun?seharusnya kita juga menerima bahwa "dia" dalam kalimat kedua juga merujuk pada Al-Qur'an. Untuk bisa menerima ayat ini, seharusnya ada satu ayat yang secara eksplisit meneguhkan pandangan ini. Akan tetapi, Ibnu al-Jauzi telah mengemukakan pandangan para ahli tafsir dalam karya-karyanya.
Ketika kita merujuk kepada Al-Qur'an, kita mengetahui bahwa saat kata ganti orang yang sama digunakan dalam Al-Qur'an, pada umumnya akan menyebutkan kata Al-Qur'an sebelum atau setelah ayat sebagaimana yang terdapat pada surat an-Naml ayat 77 dan surat asy-Syu'araa ayat 192-196. Ayat tersebut menyebutkan secara langsung bahwa Ahli Kitab akan beriman kepada ISA (as) dan bahwa ISA(as) akan menjadi saksi atas mereka.
Poin kedua adalah tentang interpetasi dari ungkapan "sebelum dia wafat". Beberapa orang berpendapat bahwa yang dimaksudkan di sini adalah "beriman kepada ISA (as) sebelum kematian mereka sendiri". Menurut interpetasi ini, setiap orang dari Ahli Kitab pasti akan beriman sebelum dia menghadapi saat kematiannya. Akan tetapi, di masa ISA (as), kaum Yahudi yang dipastikan sebagai Ahli Kitab bukan hanya tidak beriman kepada ISA  (as), melainkan berusaha membunuhnya. Dengan kata lain, tidaklah masuk akal untuk mengatakan bahwa umat Yahudi dan Nasrani yang hidup dan wafat di masa Nabi ISA as) beriman kepadanya.
Kesimpulannya, ketika kita membuat suatu evaluasi mendalam tentang ayat tadi, kita akan sampai pada kesimpulan; sebelum kematian ISA (as), semua Ahli Kitab akan beriman kepadanya.2
Dalam makna sebenarnya, ayat tersebut mengungkapkan fakta yang jelas, yaitu sebagai berikut:
Pertama, terbukti bahwa ayat tersebut merujuk kepada masa yang akan datang karena ada penyebutan kematian Yesus (as). Akan tetapi ISA (as) belum wafat, tetapi dia diangkat ke haribaan Allah. ISA (as) akan datang kembali ke bumi, dia akan hidup selama waktu yang telah ditentukan dan kemudia wafat. Ini adalah peristiwa yang belum terjadi, tetapi pasti akan terjadi di masa yang akan datang.
Sebagai konsekuensi dari ungkapan "sebelum dia wafat" adalah suatu rujukan kepada ISA (as). Para Ahli Kitab akan melihatnya, mengenalinya dan mentaatinya selama dia hidup. Sementara itu, ISA (as) akan memberikan kesaksian atas mereka pada hari kiamat. Wallahu 'alam.
(3)
Akan kembalinya ISA (as) ke bumi pada akhir zaman diterangkan dalam ayat lain pada surat za-Zukhruf ayat 61. Dimulai dari surat az-Zukhruf ayat 57, terdapat referensi tentang ISA (as):
Maka tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaumnya (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel.
Dan kalau Kami kehendaki benar-benar, Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun. (Surat az-Zukhruf: 57-60)
Setelah ayat-ayat ini, Allah menyatakan bahwa ISA  (as) merupakan salah satu tanda akan datangnya hari kiamat.
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang hari kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (Surat az-Zukhruf: 61)

  • CATATAN : Dalam penerjemahan Al-quran kata Ikuti Aku bukanlah perkataan Isa melainkan perkataan Allah Swt, terhadap menceritakan Nabi Isa As.,


Ibnu al-Jauzi mengatakan bahwa arti pertama dari ayat ini adalah bahwa ISA (as) merupakan salah satu tanda atau prasyarat akan datangnya hari kiamat. Kita bisa katakan bahwa ayat ini dengan jelas mengindikasikan bahwa ISA (as) akan kembali ke bumi pada akhir zaman. Hal tersebut dikarenakan ISA (as) telah hidup enam abad sebelum turunnya Al-Qur'an. Konsekuensinya, kita tidak dapat menginterpretasikan kedatangannya yang kali pertama sebagai tanda kiamat. Apa yang sebenarnya ingin diindikasikan oleh ayat ini adalah bahwa ISA  (as) akan kembali ke bumi pada akhir zaman, yang juga dapat dikatakan, selama periode akhir sebelum datangnya hari kiamat dan ini akan menjadi satu tanda terjadinya hari kiamat. Allah Yang Maha Mengetahui.
Bahasa Arab dari ayat,"Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat..."adalah "Wa innahu la ?lmun li?-sa?ti?quot; Beberapa orang menginterpretasikan kata ganti "hu" (kata ganti untuk mudzakar) dalam ayat ini sebagai Al-Qur'an, namun ayat-ayat sebelumnya secara eksplisit mengindikasikan Yesus (as) sebagaimana disebutkan dalam ayat: "Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israel..." 3
Dalam Shahih Muslim juga dinyatakan bahwa hadist yang menyatakan bahwa ISA (as) akan turun ke tengah-tengah umat manusia pada akhir zaman telah sampai pada derajat mutawir, yaitu diriwayatkan oleh banyak orang di setiap generasi para sahabat yang tidak mungkin diragukan lagi keotentikannya, dan disebutkan sebagai salah satu tanda utama akan datangnya hari kiamat. (Sahih Muslim, 2/58)
Hudzaifah bin Usaid al-Ghiffari mengatakan, "Rasulullah tiba-tiba menghampiri kami ketika kami sedang sibuk membahas beberapa masalah. Rasulullah lalu bersabda, 'Sedang mendiskusikan apa kalian?' Kami berkata, 'Kami sedang membicarakan hari akhir (kiamat).' Rasulullah lalu bersabda, 'Hari kiamat tidak akan tiba sebelum kalian semua melihat tanda-tandanya sebelum itu.'  Rasulullah lalu menyebutkan tanda-tanda kiamat itu berupa asap, Dajjal, binatang melata (daabbah), terbitnya matahari dari sebelah barat, turunnya Isa bin Maryam ke bumi, Ya'juj dan Ma'juj, dan terjadinya gerhana di tiga tempat (satu gerhana di sebelah timur, satu lagi di barat, dan satu lagi tanah Arab), dan akhirnya adalah keluarnya api dari Yaman dan menggiring manusia pada tempat berkumpul mereka .'" (HR Muslim)

(4)
Ayat lain yang mengindikasikan kedatangan ISA  (as) adalah sebagai berikut;
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan akhirat dan salah seorang di antara orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah salah seorang di antara orang-orang yang saleh." Maryam berkata, "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh orang laki-laki pun?"

Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril), "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya, "jadilah" lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab, hikmah, Taurat dan Injil..." (Surat Ali Imran: 45-48)
Dalam ayat tadi dijelaskan bahwa Allah akan mengajarkan kepada  ISA (as) Injil, Taurat dan "Al-Kitab". Tidak diragukan, kata "Kitab" ini adalah penting untuk dipertanyakan. Kita perhatikan ungkapan yang sama dalam surat al-Maa'idah ayat 110:
(Ingatlah) ketika Allah mengatakan, "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) ketika Aku mengajar kamu Al-Kitab, hikmah, Taurat dan Injil?quot; (Surat al-Maa'idah: 110)
Ketika kita analis kata "Kitab" dalam kedua ayat di atas, kita pahami bahwa "Kitab" yang dimaksud adalah Al-Qur'an. Apalagi, hanya ada satu kitab yang pasti di muka bumi ini selain Taurat, Zabur dan Injil. Di samping itu, dalam ayat lain dalam Al-Qur'an, selain untuk Taurat dan Injil, kata "Kitab" digunakan untuk mengindikasikan Al-Qur'an.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan Al-Kitab kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum (Al-Qur'an), menjadi petunjuk bagi manusia dan Dia menurunkan Al-Furqaan.... (Surat Ali Imran: 2-4)
Dalam hal ini, kita pertimbangkan dengan baik bahwa kitab ketiga yang akan diajarkan ISA (as) adalah Al-Qur'an dan kita dapat mengasumsikan bahwa ini memungkinkan hanya jika dia datang ke bumi. ISA  (as) hidup 600 tahun sebelum diturunkannya Al-Qur'an dan adalah tidak mungkin dia telah mengetahui Al-Qur'an sebelum diturunkannya. Dalam hal ini, bahwa dia akan mempelajari Al-Qur'an selama persinggahannya yang kedua di bumi merupakan suatu keterangan yang masuk akal. Ini juga diterangkan dalam hadits ahad berikut ini:
Abu Hurairah (ra) meriwayatkan bahwa Rasulullah (saw) bersabda, "Demi Zat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, putra Maryam benar-benar akan segera turun ke tengah-tengah kamu sebagai hakim yang adil. Dia akan menghancurkan salib dan akan membunuh babi dan akan menghapuskan jizyah. Harta saat itu akan melimpah sehingga tidak ada seorang pun yang akan menerimanya. Sehingga sujud satu kali saja kala itu jauh lebih baik dari dunia dan isinya." (HR Bukhari)
Para ulama dan ilmuwan muslim mengatakan bahwa makna dari hadits tentang tindakannya sebagai seorang hakim/penguasa yang adil ini adalah bahwa dia akan mengambil keputusan sesuai dengan syariat Islam, dengan hukum-hukum dalam kitab Allah, Al-Qur'an dan dengan Sunnah rasul Allah yang terakhir, Muhammad (saw). Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Ada Beberapa Contoh Manusia dalam Al-Qur'an yang Meninggal Dunia dan Kemudian Kembali Lagi ke Bumi Setelah Beratus-ratus Tahun
Seorang manusia yang dihidupkan setelah satu abad
Salah satu dari mereka adalah seorang yang mati selama satu abad. Ini diterangkan dalam surat al-Baqarah:
Atau apakah kamu tidak memperhatikan orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya, "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab, "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman, "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minuman yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata, "Saya yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (Surat al-Baqarah: 259)
Dalam ayat-ayat yang terdapat dalam pembahasan awal, ada penyebutan fakta bahwa ISA (as) tidak wafat, tetapi "ditarik jiwanya", sedangkan pada ayat di atas, orang tersebut benar-benar meninggal. Konsekuensinya, seorang yang telah meninggal dapat hidup kembali atas seizin Allah. Ini secara eksplisit diterangkan dalam Al-Qur'an.
Ashhabul Kahfi terbangun setelah beratus tahun
Contoh lainnya diterangkan dalam kisah Ashhabul Kahfi yang terdapat pada surat al-Kahfi. Allah menerangkan kisah para pemuda yang mengasingkan diri dari penguasa tiran yang kejam pada masanya dalam sebuah gua. Diterangkan bahwa mereka tidur dan dibangunkan kembali setelah beratus tahun lamanya tertidur. Ayat berikut menerangkan,
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a, "Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini." Maka Kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu. (Surat al-Kahfi: 10-11)
Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; dan Kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka membentangkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan ketakutan terhadap mereka.

Dan demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. Berkatalah salah seorang di antara mereka, "Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini)?" Mereka menjawab,"Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari." Berkata (yang lain lagi), "Tuhan kamu lebih mengetahui beberapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendakah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia membawa makanan itu untukmu dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorang pun." (Surat al-Kahfi: 18-19)
Al-Qur'an tidak menerangkan secara pasti berapa lama para pemuda tersebut tinggal di dalam gua, tetapi lamanya waktu yang dihabiskan tersirat dengan pernyataan "beberapa tahun". Akan tetapi, orang-orang mengira waktunya kurang lebih 309 tahun. Allah berfirman:
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus dan ditambah sembilan tahun (lagi).

Katakanlah: "Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal (di gua); kepunyaan-Nyalah semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya; tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain dari-Nya; dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan."
(Surat al-Kahfi: 25-26)
Tentu, yang menjadi masalah di sini adalah bukan panjang-pendeknya periode ini. Masalahnya adalah Allah menarik jiwa manusia, baik dengan menjadikan mereka tertidur maupun dengan mewafatkan mereka, dari kehidupan ini dalam waktu yang telah ditentukan dan kemudian membangkitkan mereka kembali. Seperti orang yang terbangun dari mimpi, Allah memberikan kehidupan lagi bagi mereka. ISA (as) adalah salah satu dari mereka dan - seiring dengan waktu - dia akan hidup kembali di dunia ini. Setelah memenuhi kewajibannya, dia akan wafat seperti manusia lainnya sesuai dengan firman-Nya: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan." (Surat al-A?aaf: 25)
-----------------------------------------------------------------------------

Kelebihan Onta dibanding Makluk lainya

Onta merupakan sejenis binatang yang hidup dipermukiman padang pasir.selain onta ini tidak termasuk binatang buas .tapi juga mempunyai kelebihan tersendiri dibanding hewan  lainya.sehingga banyak dipakai di gurun pasir sebagai kendaran penghantar dan membantu manusia .satu hal kebesaran Tuhan semesta pencipta alam .Onta juga mempunyai beberapa kemampuan diantara hewan lainya untuk perkumiman di padang Gurun pasir. diantara kelebihan nya adalah :

Tahan lapar dan haus.
Onta mampu bertahan hidup tanpa makan dan minum selama delapan hari pada temperatur 50°C. Dalam masa ini, ia akan kehilangan 22% dari keseluruhan berat tubuhnya. Manusia bisa mati jika ia kehilangan air dalam tubuhnya sebanyak 12% dari berat badannya, akan tetapi seekor onta kurus mampu tetap hidup kendatipun cairan tubuh sejumlah 40% dari berat tubuhnya telah hilang. Salah satu alasan mengapa onta mampu menahan rasa haus selama berhari-hari adalah sebuah mekanisme yang memungkinkannya untuk menaikkan suhu internal tubuhnya hingga 41°C. Dengan cara ini, hewan tersebut dapat menekan berkurangnya jumlah air hingga batas minimum pada temperatur paling panas pada siang hari di gurun. Onta juga mampu menurunkan suhu internal tubuhnya hingga 30°C di gurun dengan temperatur sejuk di malam hari.



Pengguna air yang efisien
Dalam waktu sekitar 10 menit, onta mampu meminum air hingga 130 liter, jumlah yang kurang lebih setara dengan sepertiga berat tubuhnya. Di samping itu, onta memiliki struktur berlendir dalam hidungnya dengan ukuran 100 kali lebih besar dari yang ada pada manusia. Hal ini memungkinkan onta mendapatkan 66% uap air yang terkandung dalam udara.

Tidak ada yang mubadzir
Sebagian besar binatang akan mati keracunan ketika urea yang terakumulasi dalam ginjal mereka berdifusi ke dalam darah. Akan tetapi onta mampu memaksimalkan penggunaan air dan zat-zat makanan dengan cara mengalirkan urea berulang-ulang ke liver. Struktur darah dan sel onta sangatlah unik dan khas sehingga binatang ini mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama tanpa air di padang pasir.

Dinding sel pada onta memiliki struktur khusus yang mampu mencegah hilangnya air secara berlebihan. Tambahan lagi, adanya komposisi tertentu pada darah onta mencegah terjadinya pengurangan laju sirkulasi darah pada saat kadar air dalam tubuh onta menurun hingga batas minimum. Terdapat pula enzim albumin yang membantu daya tahan onta terhadap rasa haus. Enzim ini terdapat dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan pada makhluk hidup yang lain.

Keberadaan ponok (=punggung yang menonjol vertikal ke atas) merupakan keuntungan tersendiri bagi onta. Seperlima berat tubuh onta adalah lemak yang tersimpan pada ponok tersebut. Karena tubuh mampu mengubah lemak menjadi senyawa bermanfaat lainnya termasuk air, maka penyimpanan lemak hanya pada satu tempat ini mencegah pengeluaran air dari keseluruhan tubuh onta. Hal ini memungkinkan onta menggunakan sesedikit mungkin air.

Kendatipun onta berponok mampu menghabiskan 30-50 kg makanan dalam satu hari, dalam situasi yang sulit binatang ini mampu hidup selama satu bulan dengan hanya mengkonsumsi makanan 2 kg rumput per hari. Onta memiliki bibir yang sangat kuat dan mirip karet yang menjadikannya mampu memakan duri yang cukup tajam untuk merobek kulit yang tebal sekalipun. Di samping itu, onta memiliki perut dengan empat bilik, serta sistem pencernaan yang sangat kuat yang mampu mencerna apa saja yang dimakan onta. Ciri-ciri ini sangat sesuai bagi binatang yang hidup di iklim sangat kering.

Perlindungan terhadap tornado dan badai
Mata onta memiliki bulu mata yang tersusun menjadi dua lapisan. Lapisan bulu mata ini membentuk sebuah perangkap yang mampu melindungi mata onta dari badai pasir yang ganas. Di samping itu, onta dapat menutup hidungnya sehingga mencegah masuknya pasir ke dalam hidung.

Perlindungan terhadap panas dan dingin
Rambut tebal yang menutupi tubuh onta mampu melindungi kulit onta dari terpaan sinar matahari yang panas membakar. Sebaliknya, pada cuaca yang amat dingin rambut ini mampu menjaga tubuh onta agar tetap hangat. Onta padang pasir tidak begitu terpengaruh oleh temperatur yang mencapai 50°C. Sebaliknya, onta Bactrian yang berponok ganda mampu bertahan hidup pada suhu -50°C. Onta jenis ini dapat hidup di ketinggian 4000 meter di atas permukaan laut.

Tapak kaki yang tahan panas
Telapak kaki onta memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan ukuran dan panjang kakinya. Kaki ini dirancang secara khusus dan sengaja diciptakan dengan ukuran besar untuk membantu berjalan di atas padang pasir dengan mudah tanpa terperosok. Telapak kaki ini memiliki bentuk melebar dan menggembung. Selain itu, kulit yang tebal pada telapak tersebut merupakan bentuk perlindungan terhadap pasir gurun yang panas membakar.

Sekelumit uraian tentang onta di atas sudah sepatutnya mendorong kita untuk merenung sejenak: apakah onta melakukan adaptasi terhadap tubuhnya sendiri terhadap iklim padang pasir? Apakah binatang tersebut membuat sendiri lapisan lendir pada hidungnya, atau ponok yang menjulang di atas punggungnya? Apakah onta merancang sendiri bentuk hidung dan struktur matanya agar mampu melindungi dirinya dari tornado dan badai padang pasir? Benarkah hewan mamalia ini mendisain sendiri struktur darah dan sel-selnya berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan air? Onta sendirikah yang memilih jenis rambut untuk menutupi seluruh tubuhnya?

Sebagaimana makhluk hidup yang lain, sudah pasti bahwa onta tidak mampu melakukan satu pun dari segalah hal di atas atau sengaja menjadikan dirinya bermanfaat untuk manusia. Bisa dimengerti jika ayat Alqur'an: "Maka apakah mereka tidak memperhatikan onta bagaimana dia diciptakan?" menyuruh kita untuk memperhatikan penciptaan binatang yang menakjubkan ini. Sebagaimana makhluk hidup yang lain, onta pun telah dilengkapi Allah dengan berbagai ciri yang unik dan istimewa, dan di tempatkan di bumi ini sebagai ayat, tanda-tanda kebesaran Pencipta.

Bagi onta, ia telah diciptakan dengan penampakan fisik yang luar biasa untuk kepentingan manusia. Sedangkan bagi manusia sendiri, selain mendapatkan manfaat dari onta, mereka diperintahkan oleh Allah untuk memperhatikan dan memikirkan segala keajaiban ciptaan yang ada di alam semesta, termasuk onta. Sehingga manusia akan takjub, tunduk dan patuh pada Al-Khaaliq, Pencipta segala sesuatu, Dialah Allah.

Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keEsaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. Luqmaan, 31: 20)



Pengertian Bank Syariah

A. BANK SYARI”AH
1. Pengertian Bank Syari'ah
Pengertian bank menurut UU No 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Istilah Bank dalam literatur Islam tidak dikenal. Suatu lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat, dalam literature islam dikenal dengan istilah baitul mal atau baitul tamwil. Istilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Islam adalah Bank Syari'ah. Secara akademik istilah Islam dan syariah berbeda, namun secara teknis untuk penyebutan bank Islam dan Bank Syari'ah mempunyai pengertian yang sama.
Dalam RUU No 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa Bank Umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syari'ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu litas pembayaran.

Prinsip Syari'ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk menyimpannya, pembiayaan atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari'ah. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, Bank Syari'ah berarti bank yang tata cara operasionalnya didasari dengan tatacara Islam yang mengacu kepada ketentuan alquran dan al hadist.

2. Tujuan Perbankan Syari'ah
Ada beberapa tujuan dari perbankan Islam. Diantara para ilmuwan dan para professional Muslim berbeda pendapat mengenai tujuan tersebut.
Menurut Handbook of Islamic Banking, perbankan Islam ialah menyediakan fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan instrument-instrumen keuangan (Finansial Instrumen) yang sesuai denga ketentuan dan norma syari'ah. Menurut Handbook of Islamic Banking, bank Islam berbeda dengan bank konvensional dilihat dari segi partisipasinya yang aktif dalam proses pengembangan sosial ekonomi negara-negara Islam yang dikemukakan dalam buku itu, perbankan Islam bukan ditujukan terutama untuk memaksimalkan keuntungannya sebagaimana halnya sistem perbankan yang berdsarkan bunga, melainkan untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi bagi orang-orang muslim. Dalam buku yang berjudul Toward a Just Monetary System, Muhammad Umar Kapra mengemukakan bahwa suatu dimensi kesejahteraan sosial dapat dikenal pada suatu pembiayaan bank. Pembiayaan bank Islam harus disediakan untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Usaha yang sungguh-sungguh yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa pembiayaan yang dilakukan bank-bank Islam tidak akan meningkatkan konsentrasi kekayaan atau meningkatkan konsumsi meskipun sistem Islam telah memiliki pencegahan untuk menangani masalah ini. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh pengusaha sebanyak-banyaknya yang bergerak dibidang industri pertanian dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
Para banker Muslim beranggapan bahwa peranan bank Islam semata-mata komersial berdasarkan pada instrumen-instrumen keuangan yang bebas bunga dan ditunjukkan untuk mengjasilkan keuangan finansial. Dengan kata lain para banker muslim tidak beranggapan bahwa suatu bank Islam adalah suatu lembaga sosial, dalam suatu wawancara yang dilakukan oleh Kazarian, Dr Abdul Halim Ismail, manajer bank Islam Malaysia berhaj, mengemukakan, “sebagaimana bisnis muslim yang patuh, tujuan saya sebagai manajer dari bank tersebut (bank Malaysia Berhaj) adalah semata-mata mengupayakan setinggi mungkin keuntungan tanpa menggunakan instrumen-instrumen yang berdasarkan bunga.

3. Ciri Bank Syari'ah
Bank Syari'ah mempunyai ciri yang berbeda dengan bank konvensional. cirri-ciri ini bersifat Universal dan kualitatif, artinya Bank Syari'ah beroperasi dimana harus memenuhi ciri-ciri tersebut.
a. Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah nominal yang besarnyan tidak kaku dan dapat ditawar dalam batas yang wajar.
b. Penggunaan prosentasi dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindarkan. Karena prosentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun utang bada batas waktu perjanjian telah berakhir.
c. Didalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (Fiset Return) yang ditetapkan dimuka. Bank Syari'ah menerapkan system berdasarkan atas modal untuk jenis kontark al mudharabah dan al musyarakah dengan system bagi hasil (Profit and losery) yang tergantung pada besarnya keuntungan. Sedangkan penetapan keuntungan dimuka ditetapkan pada kontrak jual beli melalui pembiayaan pemilkikan barang (al murabahah dan al bai’u bithaman ajil, sewa guna usaha (al ijarah), serta kemungkinan rugi dari kontrak tersebut amat sedikit.
d. Pegarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh penyimpan dianggap sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan sebagai pernyataan dana pada proyek yang dibiayai oleh bank sesuai dengan prinsip-prinsip syari'ah hingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return). Bentuk yang lain yaitu giro dianggap sebagai titipan murni (al-wadiah) karena sewaktu-waktu dapat ditarik kembali dan dapat dikenai biaya penitipan.
e. Bank Syari'ah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang itu dalam memberikan pinjaman pada umumnya tidak dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk pembiayaan pengadaan barang selama pembiayaan, barang tersebut milik bank.
f. Adanya dewan syari'ah yang bertugas mengawasi bank dari sudut syari'ah.
g. Bank Syari'ah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab dimana istilah tersebut tercantum dalam fiqih Islam
h. Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa beban murni yang bersifat social, dimana nasabah tidak berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan (al-qordul hasal)
i. Fungsi lembaga bank juga mempunyai fungsi amanah yang artinya berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang telah dititipkan dan siap sewaktu-waktu apabila dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian.
Selain karakteristik diatas,

Bank Syari'ah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Dalam Bank Syari'ah hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kontrak (akad) antara investor pemilik dana (shohibul maal) dengn investor pengelola dana (mudharib) bekerja sama untuk melakukan kerjasama untuk yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi secara adil (mutual invesment relationship). Dengan demikian dapat terhindar hubungan eskploitatif antara bank dengan nasabah atau sebaliknya antara nasabah dengan bank.
b. Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh Bank Syari'ah yang bertujuan untuk menciptakan kegiatan perekonomian yang produktif (larangan menumpuk harta benda (sumber daya alam) yang dikuasai sebagian kecil masyarakat dan tidak produktif, menciptakan perekonomian yang adil (konsep usaha bagi hasil dan bagi resiko) serta menjaga lingkungan dan menjunjung tinggi moral (larangan untuk proyek yang merusak lingkungan dan tidak sesuai dengan nilai moral seperti miniman keras, sarana judi dan lain-lain.
c. Kegiatan uasaha Bank Syari'ah lebih variatif disbanding bank konvensional, yaitu bagi hasil sistem jual beli, sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan prinsip-prinsip syari’ah.


Alasan memilih bank syariah
Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll), dimana hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

Prinsip perbankan syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain
  • Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
  • Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
  • Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki nilai intrinsik.
  • Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi.
  • Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.

Bank syari’ah memiliki keunggulan yang luar biasa dibanding bank konvensional, baik secara spiritual maupun secara rasional. Keunggulan-keunggulan tersebut merupakan alasan ummat Islam untuk memilih bank Islam baik dalam tabungan, deposito, giro dan produk – produk lainnya.

1. Al- Barakah ( mendapat berakah )
Menabung dan mendepositokan uang di bank syariah dengan sistem mudharabah akan mendapat berkah dari Allah SWT. Semua tabungan dan deposito dikelola dengan bagi hasil.  Keberkahan itu terlihat dengan jelas dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAW berikut :

Dari Sholih bin Shuhaib r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ Tiga macam yang mendapat berakah, pertama, jual beli secara tangguh, kedua, transaksi mudharabah, ketiga, mencampur gandum dengan tepung untuk dimakan bukan untuk dijual” ( Hadits Riwayat ibnu majah no. 2280, kitab Tijarah )

Dengan sistem mudharabah, maka bank syariah tidak diwajibkan membayar bunga kepada nasabah sebagaimana dalam bank riba ( bank konvensional ). Bank syariah membagi hasil sesuai dengan tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperolehnya berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah disepakati. Sistem mudharabah inilah yang telah menyelamatkan bank – bank syariah dari negative spread sehingga terhindar dari likuidasi.

Sistem mudharabah adalah kebalikan dari sistem bunga. Kalau sistem mudharabah mendapat berkah, sementara sistem bunga mendapat laknat dari Allah. Hadist Nabi SAW, “Allah melaknat orang yang memakan riba “. Laknat ini sangat logis diberikan kepada pelaku riba ( bunga ), sebab bunga menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi perekonomian negara dan masyarakat.

Dengan sistem bunga, negara dipaksa dan di dzalimi untuk membayar bunga SBI dalam jumlah yang sangat besar, (untuk tahun 2001) mencapai Rp 61 Trilyun. Bank – bank konvensional yang menarik uang dari masyarakat, lebih banyak menempatkan dana ummat tersebut di Bank Indonesia, bukannya disalurkan untuk membiayai usaha – usaha rakyat, akibatnya, fungsi intermediasinya menjadi mandul. Malah sebuah bank swasta nasional terbesar, hanya memiliki LDR yang sangat rendah yakni 15 %. Ini artinya, 85 dananya tidak disalurkan untuk masyarakat, tetapi dimainkan dalam berbagai bentuk riba, baik SBI, maupun bentuk riba lainnya.

Untuk membayar bunga SBI tersebut, pemerintah jelas tidak mempunyai uang yang cukup. Maka pemerintah terpaksa berhutang ke IMF. Ternyata terhutang saja tidak cukup, sehingga pemerintah terpaksa menaikkan harga – harga barang strategis, seperti BBM, listrik dan telepon. Kenaikkan ini jelas membebani seluruh rakyat yang sebagiannya tak mempunyai tabungan bunga di bank, tetapi menerima dampak langsung dari kezaliman sistem bunga. Pemerintah juga berkewajiban membayar bunga obligasi yang jumlahnya cukup besar. Padahal pemerintah telah berbaik hati membantu bank – bank riba dalam bentuk obligasi, tetapi pemerintah lagi – lagi berkewajiban membayar  bunga obligasi tersebut.


Kesimpulannya sistem bunga telah secara signifikan menyengsarakan rakyat dan menzalimi ummat, karena itu, sangat wajar Allah mengutuk ( melaknat ) pelaku dan pegawai riba. Sedangkan sistem mudharabah mendapat berkah. Bank – bank syariah tidak membebani negara ( APBN ) untuk membayar bunga SBI apalagi obligasi. Bank – bank syariah meyalurkan seluruh dana rakyat untuk rakyat dengan LDR yang cukup tinggi mencapai 115 %. Ekonomi rakyat tumbuh dan berkembang.
Sementara negara tidak dizalimi dengan bunga SBI. Maka adalah wajar apabila sistem ini mendapat berkah dari Allah SWT. Tetapi kenapa ada masyarakat  yang masih tak sadar dan tak menggunakan akalnya melihat realitas ini. Jawabannya ada dalam surah Al – Baqarah ayat 275. Menurut  ayat ini orang – orang yang memakan dan mempraktekkan riba telah gila ( tak waras ). Sehingga mereka menganggap bunga bank sah – sah saja, padahal seluruh ulama dunia saat ini telah ijma’ ( sepakat ) tentang keharaman bunga bank.


2. Al- Falah fid Dunya wal Akhirah
Menabung dan mendepositokan uang di bank syariah mendapat keuntungan duniawi, berupa bagi hasil. Ingat, bagi hasil dan bunga memiliki tujuh perbedaan, karena itu bunga dan bagi hasil jangan disamakan. Menabung di bank syariah juga mendapat keuntungan ukhrawi, berupa pahala mengamalkan bank syariah berarti juga berupaya menghindari bunga yang diharamkan, sehingga terhindar dari dosa.

3. Islam Kaffah

Mengamalkan sistem ekonomi Islam dalan perbankan syariah berarti berupaya mengamalkankan Islam secara kaffah. Firman Allah, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara kaffah, jangan ikuti langkah-langkah syetan” (Q.S. 2: 208), Islam bukan saja mengatur masalah ibadah, tetapi juga aspek muamalah. Bila ada orang Islam yang beribadah secara Islam, tetapi bermuamalah secara kapitalis, maka keIslamannya sebenarnya pincang, tidak kaffah. Bermuamalah secara Islam berarti kita berupaya mengamalkan syariah Islam secara kaffah.

4. Al- ibadah
Oleh karena ajaran muamalah bagian yang tak terpisahkan dari Islam, maka mengamalkan ajaran muamalah adalah ibadah. Sedangkan mengamalkan riba adalah dosa. Nilai ibadah yang melekat dalam pengamalan musmalah melalui bank syariah, dapat diperoleh, asalkan kita dasari dengan niat yang ikhlas untuk mengamalkan syariahnya yang adil dan menentramkan. Tetapi kalau kita menggunakan sistem yang zalim seperti bunga, meskipun diniatkan ibadah, tidak akan bisa ketemu, sebab perbuatan yang dilarang Allah tak bisa menjadi ibadah.


5. Irtifa’u iqtisadil Ummah
Mendukung lembaga perbankan syariah, berarti ikut mengangkat derajat ekonomi ummat. Dana masyarakat yang terkumpul di bank syariah, disalurkan untuk membiayai usaha-usaha ummat, sehingga ekonomi ummat bisa diberdayakan dan kesejahteraannya secara bertahap menjadi meningkat. Siapapun tak bisa menyangkal, bahwa bila ummat Islam bersatu mendukung dan memajukan bank-bank syariah, maka Insya Allah kemajuan ummat dan izzul Islam wal muslimini secara bertahap bisa diraih kembali, tidak saja dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam bidang-bidang lainnya.

6. Irtifa’u Ma’hadil Islami
Bila ummat Islam secara bersama- sama mendukung dan memajukan bank syariah baik menabung, mendepositokan atau membuka giro, maka lembaga perbankan syariah akan menjadi kuat, hal ini merupakan asset umat yang luar biasa untuk gerakan pemberdayaan umat dan kebangkitan Islam. Siapa lagi yang memajukan dan mendukung lembaga syariah ini kalau bukan ummat Islam.


7. Amar ma’ruf nahi munkar
Perbankan syariah tidak akan meyalurkan dananya untuk usaha – usaha dan proyek – proyek haram atau syubhat. Bank syariah tidak akan membiayai tempat- tempat hiburan seperti, diskotik, hotel maksiat, pabrik rokok, usaha perjudian, minuman keras, peternakan babi, dsb. Bank – bank syariah hanya membiayai usaha – usaha yang halal dan thayib. Dengan demikiaan, bank – bank syariah  telah melaksanakan gerakan amar ma’ruf dan nahi munkar.


8. Al- Amnu wad Dhaman
Ummat Islam tidak perlu ragu terhadap keamanan dananya di bank – bank syariah. Menabung dan mendepositokan uang di bank – bank syariah juga ada jaminan dari negara, dalam hal ini Bank Indonesia. Fakta membuktikan bahwa bank – bank syariah dapat bertahan, malah mengalami kemajuan pada masa krisis, sementara bank – bank konvensional berjatuhan ke jurang likuidasi. Dengan demikian, bank – bank syariah adalah lembaga yang lebih terpercaya, karena dana masyarakat aman dan terjamin.

9. Inqazu iqtishadit Daulah
Menerapkan sistem perbankan syariah, berarti kita berupaya menyelamatkan ekonomi negara dari krisis dan kehancuran. Telah terbukti nyata , sistem bunga telah merugikan negara. Kalau sistem bunga dihapuskan dan diganti dengan sistem syariah, maka APBN kita menjadi surplus. Tetapi karena menerapkan riba, APBN kitadefisit ratusan trilyun rupiah sepanjang tahun 2000-2006 (Tepatnya Rp 158.18 T). Bunga obligasi rekap yang harus dibayar pemerintah kepada bank – bank riba juga  ratusan trilyun rupiah (Rp 258,17 T). Masya Allah.. Ini artinya, tanpa ada bunga, negara kita akan makmur dan tak perlu menambah hutang lagi ke IMF, menjual asset negara atau menaikkan BBM. Jelasnya, sistem bunga telah memperbesar beban APBN. Sistem bunga telah menyengsarakan seluruh rakyat, khususnya rakyat kecil yang menjadi mayoritas  penduduk negara ini. Sedangkan sistem syariah menyelamatkan ekonomi negara.

10. irtifa’u Tarbiyatil Muslimin
Apabila umat Islam bersatu mendukung bank – bank syariah, maka ekonomi umat akan semakin kuat dan jaya. Masyarakat semakin makmur dan sejahtera, maka hal ini bisa berpengaruh terhadap kualitas dan tingkat pendidikan umat Islam. Sebab bagaimana mungkin ummat Islam memiliki kualitas SDM yang handal, jika ekonominya morat – marit. Dengan kesejahteraan ekonomi, maka bagaimanapun tingkat, kualitas dan strata pendidikan ummat akan semakin maju dan meningkat. (Penulis adalah Sekjen DPP IAEI dan Dosen Pascasarjana PSTTI Universitas Indonesia Kekhususan Ekonomi dan keuangan Islam)